Ruangruang selanjutnya kebanyakan berisi lukisan ataupun foto-foto yang bercerita tentang perjuangan TNI maupun gambaran Magelang tempo dulu. Pertempuran heroik yang pernah dipimpinnya diantaranya adalah Pertempuran Ambarawa, dan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Dalam kles kedua tersebut, ia memilih memimpin gerilya dengan keluar DIPONEGORO MEMIMPIN PERTEMPURAN" CAT MINYAK (1837) PENCIPTA : BASUKI ABDULLAH. DESKRIPSI : Pada lukisan Basuki Abdullah ini menampilkan subject matter yang berupa seorang pangeran diponegoro yang menunggangi kuda. Sedangkan subject pendukungnya berupa backgroud api membara. Untuk warna pada subject matter adalah: 10 Giotto Di Bondone. Banyak yang menganggap Di Bondone adalah pelukis pertama. Hal ini diungkapkan karena lukisan yang dihasilkan terkenal sangat tua dan juga alirannya yang disebut Byzantine. Giotto Di Bondone selain terkenal sebagai pelukis, ia juga terkenal sebagai arsitek. POSBELITUNGCO – Maestro lukis Indonesia, Basoeki Abdullah, adalah salah satu seniman yang rajin yang sering mengarsipkan dan mendokumentasikan perjalanan kariernya.. Dilansir dari kemdikbud.go.id, sudah tak terhitung berapa judul berita dari media Indonesia dan luar negeri yang menggambarkan sosoknya.. Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 25 Salahsatu lukisan Basuk Abdullah berjudul " Diponegoro memimpin pertempuran " media lukisan cat minyak diatas canvas, ukuran 150cm X 120cm, dibuat tahun 1940. 3. HENDRA GUNAWAN ( Bandung 1918 – 1983 ) Hendra Gunawan lahir di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1918, dan Wafat di Denpasar, Bali. 17 Juli 1983. Hendra Gunawan adalah ProsesTerjadinya Perang. Perang Diponegoro berlangsung selama lima tahun (1825-1830). Saat perang, Pangeran Diponegoro kerap menggelorakan semangat “Perang Sabil” kepada para pengikutnya. Maksudnya adalah perang melawan pendudukan Belanda dan orang-orang Jawa lainnya yang dianggap telah keluar dari ajaran Islam. Pameranbertajuk 17/71: Goresan Juang Kemerdekaan ini memamerkan 28 lukisan termasuk karya Presiden I RI, Soekarno. L4l39G. Lukisan Diponegoro Memimpin Pertempuran, karya Basoeki Abdullah Sumber Lukisan Arang Pangeran Diponegoro, karya Adrianus Johanes BikSumber Lukisan De onderwerping van Diepo Negoro aan luitenantgeneraal baron De Kock Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Letnan Jenderal De Kock, karya Nicolas PienemanSumber Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, karya Raden SalehSumber Lukisan Babad Kedung Kebo, peristiwa penamparan selop Patih Danurejo III oleh Pangeran Diponegoro, akibat penyalahgunaan wewenang & korupsi penyewaan tanah Kraton YogyakartaSumber Sisi Lain Diponegoro, Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa, Peter Carey, Kepustakaan Populer Gramedia, hal 17 Wayang Kulit BPH Diponegoro &kuda kesayangan, Kyai Gentayu Lukisan Babad Kedung Kebo, peristiwa pertempuran/penyerbuan Belanda ke nDalem Tegalrejo,kediaman Pangeran Sisi Lain Diponegoro, Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa, Peter Carey,Kepustakaan Populer Gramedia, hal 160-161 Lukisan Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro, karya S. Patung Diponegoro, Alun-Alun Magelang, Jawa TengahSumber Patung Diponegoro, Area Monumen NasionalMonas JakartaSumber Taman Diponegoro, Menteng, JakartaSumber Twitter waxhaus Patung Diponegoro, Goa Selarong, Bantul, DIYSumber Sumber Judul Begraafplaats met het graf van Diponegoro in Makassar circa 1930 Keterangan pemakaman dengan latar belakang pusara BPH Diponegoro dan Retnaningsih di Makassar sekitar tahun 1930. Uploaded byZidan uchiha 70% found this document useful 10 votes14K views3 pagesDescriptionkritik adalah seniOriginal TitleKRITIK SENI LUKISCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document70% found this document useful 10 votes14K views3 pagesKritik Seni LukisOriginal TitleKRITIK SENI LUKISUploaded byZidan uchiha Descriptionkritik adalah seniFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. - Perang Diponegoro yang berlangsung antara 1825-1830 termasuk salah satu perlawanan besar yang harus dihadapi Belanda semasa pendudukannya di Indonesia. Pasalnya, pertempuran yang bermula di Yogyakarta ini meluas ke banyak daerah di Jawa hingga sering disebut sebagai Perang Jawa. Perlawanan Diponegoro terhadap Belanda berkobar setelah Belanda menanam patok-patok jalan di atas makam leluhur Pangeran sebelum insiden tersebut, Belanda juga telah melakukan serangkaian aksi yang memicu kemarahan Pangeran Diponegoro. Perang Diponegoro berakhir setelah lima tahun, dengan dampak yang sangat serius bagi belakang Perang Diponegoro Memasuki abad ke-19, keadaan di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan karena intervensi Belanda terhadap pemerintah lokal sering kali memperburuk perselisihan yang ada di lingkungan kerajaan. Campur tangan pihak kolonial juga membawa pergeseran adat dan budaya keraton yang tidak sesuai dengan budaya nusantara. Selain itu, dominasi Belanda telah membuat rakyat menderita karena dijadikan sebagai objek pemerasan. Pasalnya, para petani tidak dapat mengembangkan hidupnya karena harus menjadi tenaga kerja paksa. Beban mereka pun semakin berat karena diwajibkan untuk membayar berbagai macam pajak. Melihat penderitaan rakyat akibat kekejaman Belanda, Pangeran Diponegoro tidak mau tinggal diam. Lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya Raden Saleh Syarif Bustaman, pada 1857. PADA 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap Jenderal de Kock di Magelang. 27 tahun kemudian, pelukis Raden Saleh Syarif Bustaman 1807/1811-1880 melukiskan kisah penangkapan itu Diponegoro yang berdiri dikelilingi pengiringnya mendongakkan kepalanya ke arah pejabat Belanda. Baca juga Roto, Jenaka Pengiring Diponegoro Menurut kurator Jim Supangkat, lukisan Penangkapan Diponegoro yang dihadiahkan kepada Raja Belanda, Willem III, mengandung kritik tersembunyi tentang politik kolonial yang tidak etis atas penangkapan Diponegoro. Lukisan tersebut dikembalikan kepada pemerintah Indonesia pada 1979. Lukisan ini direstorasi oleh studio konservasi seni GRUPPE Köln di Cologne, Jerman, di bawah pimpinan Susanne Erhard. Sebelum direstorasi, lukisan tersebut dalam keadaan kusam dan beberapa cat mengelupas. “Bahkan suatu ketika cat yang mengelupas ini pernah dicat kembali secara serampangan oleh kurator istana,” kata Jim Supangkat dalam konferensi pers pameran “Aku Diponegoro Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa dari Raden Saleh hingga Kini”, di Galeri Nasional Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat 6/1. Penangkapan Diponegoro merupakan salah satu lukisan yang akan dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia di Jl. Medan Merdeka Timur No 14 Gambir, Jakarta Pusat, pada 6 Februari-8 Maret 2015. Pameran ini merupakan kelanjutan dari pameran “Raden Saleh dan Awal Lukisan Indonesia Modern” pada 2012. Baca juga Raden Saleh "Pulang Kampung" Pameran kali ini dibagi tiga bagian, masing-masing menampilkan pendekatan tersendiri terhadap sosok Diponegoro. Selain lukisan Penangkapan Diponegoro, ditampilkan juga sejumlah lukisan potret Diponegoro karya seniman ternama Indonesia seperti Soedjono Abdullah, Harijadi Sumodidjojo, Basuki Abdullah, Sudjojono, dan Hendra Gunawan. “Lukisan penting ini harus dianggap sebagai Diponegoro an-sich Diponegoro klasik, karena lukisan tersebut telah banyak disebarluaskan dan digunakan sebagai model untuk hampir semua peringatan Diponegoro di Indonesia,” ujar kurator dan antropolog Werner Kraus dalam keterangan tertulisnya. Bagian kedua dipamerkan karya-karya para seniman seperti Srihadi Soedarsono, Heri Dono, Nasirun, dan Entang Wiharso yang memberikan pendekatan kontemporer kepada sosok Diponegoro. “Paling tidak akan ada 20 karya yang akan ditampilkan. Beberapa masih dalam proses negosiasi peminjaman baik ke beberapa kolektor atau kepada pemerintah,” kata Jim Supangkat. Bagian ketiga menghadirkan karya-karya seni low art seni keseharian atau seni rakyat/populer yang berkaitan dengan Diponegoro seperti fotografi, lukisan pada kaca, patung kayu, kartu, lukisan batik, komik, t-shirt, poster-poster politis, dan uang. “Dengan demikian,” tulis Kraus, “kami menantang tradisi yang cenderung menciptakan jurang pemisah antara seni kelas tinggi’ dan sehari-hari’.” Pameran ini juga akan menayangkan dokumentasi foto dan video restorasi lukisan Penangkapan Diponegoro. “Juga akan diadakan semacam workshop singkat mengenai teknik restorasi lukisan saat pameran digelar,” ujar Rizki Lazuardi, manajer teknis pameran dari Goethe Institute. Pameran ini menjadi lebih menarik karena ada ruangan untuk memamerkan artefak peninggalan Diponegoro jubah putih, pakaian khas saat berperang, tombak pusaka, pelana kuda, tempat tidur, dan kursi yang dipakai di rumah residen Kedu. “Kami menganggap ruangan ini sebagai pusat spiritual pameran,” tulis Kraus. Sejarawan sekaligus kurator Peter Carey mengatakan, dengan pameran ini tugasnya sudah sampai ke “ujung jalan.” “Pameran ini akan menjadi tindakan publik terakhir saya sehubungan dengan panggilan saya sebagai penulis biografi Sang Pengaran,” kata Carey yang menghabiskan separuh hidupnya untuk meneliti dan menulis sejarah Diponegoro. Carey menilai pameran ini berhasil “jika dapat menghidupkan bahkan sebagian kecil dari kemanusiaan dan kearifan Diponegoro dan cara bagaimana karakter Sang Pangeran diingati oleh rakyat kebanyakan sepanjang abad sesudah wafatnya pada 8 Januari 1855.”

lukisan diponegoro memimpin pertempuran